Proses Mekanisme Absisi Daun

waktu baca 3 menit
Sabtu, 1 Okt 2016 01:17 0 3759 Mh Badrut Tamam
Asam absisat adalah hormon yang pada awalnya dikenal sebagai dormin karena menyebabkan terjadinya dormansi pada daun serta dapat memacu terjadinya dormansi pada kuncup yang sedang tumbuh. Ternyata kemudian senyawa ini sama dengan senyawa yang menyebabkan daun gugur (absisi) sehingga dinamai absisin (ABA). Absisi merupakan suatu proses fisiologi yang normal atau suatu kejadian khusus pada tumbuhan. 
Hormon yang merangsang absisi daun adalah absisin yang merupakan molekul terpenoid dengan atom karbon asimetris, namun kedua bentuk isomernya sama aktif (Gambar 1). Hanya pada konsfigurasi tans absisin tidak aktif. Pada dasarnya absisin berperan sebagai penghambat proses pertumbuhan dan mekanisme gugurnya daun serta buah. Bagaimanakah mekanisme absisi? Hormon tersebut memacu terjadinya dormansi pada tumbuhan (biji maupun kuncup). Absisin mudah ditranspor kesemua jaringan. Efek hambatan absisin terhadap perkecambahan merupakan antagonis giberelin. Absisin berperan menghambat sintesis protein, melalui aktivitas enzim ribonuklease, sintesis protein akan terhambat sehingga akan mengalami absisi.
Gambar 1. Struktur molekul hormon absisin (ABA).
Absisin juga berperan pada menutupnya stomata (berlawanan kerjanya dengan sitokinin yang membuka stomata), terbukti dari fakta bahwa tumbuhan yang kurang air akan membentuk absisin dan stomata menutup (Gambar 2). Sedangkan proses absisi adalah suatu proses terjadinya pemisahan bagian atau organ tanaman dari bagian tanaman secara alami, seperti kondisi panas, dingin, serta kekeringan akan mempengaruhi proses absisi. Dalam hubungannya dengan hormon tumbuh, maka mungkin hormon ini akan mendukung atau mengambat proses tersebut.
Gambar 2. Menutupnya stomata akibat absisin.

Fungsi auksin diketahui berperan penting dalam proses absisi daun dan buah. Daun muda dan buah muda membentuk auksin yang mana selama masih dalam tahap tersebut, keduanya tetap kuat menempel pada bagian batang. Akan tetapi, bila pembentukan auksin berkurang tak lama kemudian, tangkai daun atau tangkai buah akan melepaskan diri dan jatuh ketanah.
Hormon penghambat absisi daun banyak penelitiannya seperti tindakan penghambatan yang ternyata dilakukan oleh auksin untuk mencegah proses absisi. Peranan helaian daun di sini dijelaskan oleh Kuster (1916) dalamWilkins yang memperlihatkan bahwa pada petiole tumbuhan Coleus segera jatuh jika helai daun mereka dihilangkan, sedangkan helaian daun seluas 100 mm2 akan memperlambat absisi selama berhari-hari. Dengan demikian hormon yang menhghambat absisi daun salah satunya yakni auksin.
Kemudian, Laibach (1933) dan Mai (1934) memperlihatkan bahwa pollium anggrek (dikenal sebagai sumber auksin) secara serupa memperlambat absisi pada petiole-petiole yang dipotong helai daunnya dan tak lama setela itu itu LaRue (1935) juga memperoleh hasil yang sama, dengan Coleus dan Ricinus, dengan menggunakan AIA murni. Penelitian selanjutnya memperlihatkan bahwa banyak auksin yang dapat menghambat absisi, sedangkan senyawa tanpa auksin akan memperlihatkan absisi.
Hubungan antara absisi dan auksin menurut Addicot (1955) dan Weaver (1972) adalah absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang terdapat didaerah bagian proksimal jumlahnya sama atau lebih dari jumlah auksin didaerah bagian distal. Akan tetapi, apabila jumlah auksin yang berada di daerah bagian distal lebih besar dari daerah proksimal maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi ini akan terhambat.
Teori lain yang menerangkan tentang hubungan antara auksin dengan absisi adalah teori yang dikemukakan oleh Biggs (1957) dan Leopold (1958) dalam teorinya mengemukakan bahwa pengaruh auksin terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi zat itu sendiri. Konsentrasi auksi akan menghambat terjadinya absisi yang berkonsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya absisi. Teori yang terakhir adalah yang dikemukakan oleh Robinsteindan Leopold (1964). Teori ini menerangkan bahwa respon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi menjadi 2 fase. Jika perlakuan auksin diberikan setelah daun terlepas, fase pertama, auksin akan menghambat absisi, dan fase kedua yaitu auksin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi.
Mh Badrut Tamam

Mh Badrut Tamam

Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x