Adaptasi Mangrove pada Asam Absisat dan Pengaruh Berbiji Vivipar

waktu baca 3 menit
Sabtu, 14 Jul 2018 23:41 0 2039 Mh Badrut Tamam
Buah adalah bagian yang sering dikonsumsi masyarakat karena umumnya memiliki rasa manis dan asam. Buah-buahan menjadi salah satu produk yang bernilai ekonomi tinggi di dunia, semisal pisang, pepaya, dan buah lainnya. Dalam Biologi, buah adalah struktur yang dihasilkan sebagai perkembangan dari bunga setelah fertilisasi. Buah umumnya mengandung biji yang berisi embrio. Embrio ini yang akan menjadi penerus generasi suatu tumbuhan berbuah.
Biji akan berkecambah setelah masak dan umumnya jatuh ke tanah. Biji berkecambah membentuk radikula dan plumula. Hal seperti ini tidak berlaku untuk tumbuhan mangrove dari Rhizophora dan Ceriops (Robert et al. 2015). Embrio tumbuhan ini berkecambah pada pohon secara langsung dengan membentuk struktur seperti calon akar. Berbeda dengan tumbuhan secara umum, tumbuhan mangrove berbuah dan embrio-nya berkecambah ketika buah masih menempel pada pohon induk. Kejadian seperti ini umum bagi mangrove. Istilah yang digunakan untuk menyebut peristiwa ini adalah biji vivipar.

Buah yang di dalamnya berisi biji yang baru berkecambah

Semua mahluk hidup memiliki strategi untuk mempertahankan spesies-nya tetap hidup. Mangrove pun melakukan hal tersebut. Biji mangrove yang lahir (vivipar) merupakan cara tanaman mangrove untuk menyebar ke daerah sekelilingnya. Cara penyebaran seperti ini menyebabkan mangrove selalu berkumpul seperti membuat suatu koloni atau hutan mangrove. Selanjutnya, pertanyaan yang muncul adalah kenapa hal ini dapat terjadi?
Faktor utama penyebab biji mangrove berkecambah di pohon induk adalah kegiatan zat pengatur tumbuh berupa asam absisat. Asam absisat (ABA) diketahui menghambat perkecambahan biji. Hal ini berarti ABA memiliki aktivitas yang berlawanan dengan auksin dan giberelin. Pada tumbuhan secara umum, konsentrasi ABA tinggi pada bagian biji, sehingga embrio tidak akan berkecambah sebelum konsentrasi ABA rendah. Embrio akan tumbuh dan berkecambah ketika ada imbibisi dari air dan melarutkan ABA, sehingga giberelin diinduksi. Peristiwa yang berbeda dialami oleh mangrove. Biji mangrove memiliki ABA dalam konsentrasi yang rendah. Faktor ABA menentukan dormansi atau berkecambahnya suatu biji.
Biji mangrove berkecambah untuk menginisiasi pembentukan akar setelah menyentuh lumpur. Bagian struktur kecambah yang menyentuh lumpur akan memicu pembentukan akar lanjutan dan menegakkan batang. Hal yang perlu diketahui adalah tidak semua mangrove bersifat vivipar (Robert et al. 2015). Kondisi lingkungan memicu tumbuhan untuk beradaptasi. Mangrove berada di daerah payau dan dekat dengan laut. Arus laut yang bergerak ke daerah pantai juga memicu mangrove untuk dapat tumbuh tetap tegak. Hal ini dapat terlihat dari morfologi akar mangrove. Biji mangrove yang memiliki kandungan ABA rendah memungkinkan terbentuknya struktur calon organ tumbuhan. Hal ini juga menyebabkan tumbuhan anakan sudah mempersiapkan diri untuk hidup ketika induk sudah melepaskan tangkai buah. Aktivitas tanaman terbentuk karena adanya interaksi dengan lingkungan. Adaptasi yang tidak biasa merupakan cara untuk tetap hidup di lingkungan yang berbeda.
Penulis: Indra Maulana
Referensi: Robert EMR, Oste J, et al. 2015. Viviparous mangrove propagules of Ceriops tagal and Rhizophora mucronata, where both Rhizophoraceae show different dispersal and establishment strategies. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 468 (2015) 45–54.
Mh Badrut Tamam

Mh Badrut Tamam

Lecturer
Science Communicator
Governing Board of Generasi Biologi Indonesia Foundation

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Arsip

Kategori

Kategori

Arsip

LAINNYA
x